Rabu, 03 November 2010

Lagi...Tentang Mereka di Merapi

Seorang nenek tua meronta-ronta seperti anak kecil ketika diangkut paksa oleh anggota TNI untuk ikut warga lain tinggal sementara di pengungsian.
Berulang-ulang kali adegan itu ditanyangkan...jackpot bagi media...sebuah ekpresi murni penduduk lokal yang tak rela meninggalkan tempat tinggalnya meski bahaya awan panas dan debu beracum mengancam.

Saya beberapa kali mengunjungi daerah itu...bahkan saya yang bukan siapa-siapa selalu memiliki kerinduan untuk kembali mengunjunginya. Iya keran hijaunya...iya karena kedamaiannya...iya karena kemurnian alamnya. Bayangkan alasan yang dimiliki oleh nenek tua itu...tempat itu adalah hidupnya. 

Setiap pagi kaum dewasa naik ke kaki merapi demi rumput-rumput untuk pakan ternak mereka. Oo, jangan bayangkan rumput itu sepeluk tangan, jika dikumpulkan itu akan membentuk ikatan sebesar dua kali tubuh mereka yang akan digendong sampai di ujung kaki merapi tempat gerobak-gerobak kayu mereka ditambatkan. Pernahkah kalian mencoba ikut pendakian gunung? Tak perlu sampai ke puncak...cukup setangah kilo perjalanan...saya sih dah hampir mati rasanya. Tapi mereka setiap pagi tak pernah letih melangkahkan kaki mereka. Setiap pagi dan pagi-pagi berikutnya...

Seorang psikolog di sebuah sesi training relawan mengatakan:
Mereka tak mau meninggalkan sapi-sapi di rumah. Setiap sapi sudah direncankan untuk dijual buat apa. Sapi satu ini dijual kalo anaknya masuk kuliah, yang itu dijual buat nikahan anaknya suatu kelak.


Semuanya adalah hidup mereka. Bukan hanya tentang rutinatas yang hilang karena terlalu lama berada di camp pengungsian atau perhitungan ekonomi yang terlalu pragmatis...ini adalah persoalaan tentang sebuah kehidupan di hari esok.

Niat menolong tak selalu ditanggapi baik oleh orang yang butuh pertolongan. Jangan berhenti karenanya tapi cobalah juga memahami...sehingga keringat dan airmata yang keluar karena susahnya menolong tak berkurang kadar pahalanya karena pikiran dangkal tentang sekumpulan orang yang bodoh, udik dan tak tahu diri.

November 2010
Ditemani berkas-berkas mahasiswa

Tidak ada komentar: