Jumat, 18 Juni 2010

JERMAN #1: KEBERANGKATAN


Neuschweinstein.
Nama sebuah kastil nan indah di wilayah Bavaria, Jerman. Saking indahnya, kastil ini dijadikan sebagai logo Walt Disney dan menjadi inspirasi beragam film bertema dongeng di seluruh dunia. Tak mengherankan jika demikian, karena Ludiwg II memang membangun kastil ini berdasarkan khayalannya tentang sebuah negeri dongeng, negeri berjuta impian.
Sayangnya kunjungan singkatku ke Jerman beberapa waktu lalu tidak diisi dengan agenda kunjungan ke kastil cantik itu. Tapi tetap saja, mengunjungi negeri ini seperti mendatangi sebuah negeri dongeng, tempat segala impian terwujudkan.

Jakarta, 1 Maret 2010-Siang Hari
Ketegangan melanda sebagian besar anggota tim. Petugas check in Bandara menyatakan nama-nama kami tidak terdaftar sebagai penumpang pesawat Jet Air yang akan membawa kami transit ke Singapura. Terbayang segala usaha yang telah kami lalui. Belum lagi rasa letih yang belum hilang setelah 10 jam berhimpit-himpitan penuh peluh naik kereta bisnis menuju Jakarta. Kemungkinan terburuk begitu saja terlintas di depan mata; Kami harus pulang menanggung segala malu kepada keluarga dan teman-teman.
Prof Sue dan Denny terlihat bolak-balik membawa segala berkas keberangkatan kami. Setiap mereka datang degub jantung ini terasa semakin cepat. Apa yang akan terjadi? Tapi sebelum sempat mengajukan pertanyaan itu, mereka kembali sudah pergi lagi.  Sempet terbesit perasaan tidak enak terhadap Prof Sue. Bagaimanapun beliau harus rela meninggalkan segala pekerjaannya di Indonesia untuk menemani kami. Bagaimana kalau semuanya dibatalkan?? Akhirnya sang komandan mengambil alih, dengan pelan, Mbak Noph berusaha menenangkan kami. "Aku yakin, semua pasti akan baik-baik saja. Kita pasti akan berangkat." Sedikit optimisme pun tumbuh di hati. Kulihat ke belakang, beberapa teman kami asyik duduk sambil mengobrol. Ingrid sibuk membedaki wajanya, wajahnya tampak tenang. Tak beberapa lama kemudian kehebohan melanda cowok-cowok disebelahnya. Firman , Fathur, Bejo , dan Dodi sibuk meminya foto kepada seorang wanita cantik yang berdandan serba merah. Ternyata itu adalah wanita yang sedari tadi kami perhatikan karena tampak tak asing. Olalala,,,ternyata ia adalah sang artis ibu kota, Titi Kamal! Waah terang aja meraka langsung "beringas". Hmm...kalau Dodi dan Bejo sudah dimaklumi, kalau Fathur kan ngakunya fleksibel , tapi Firman? Hohoho...ternyata hasrat kelakiannya mengalahkan segalanya. Kelakuannya lebih heboh daripada cowok-cowok yang lain. Kami para cewek geleng-geleng kepala saja kami melihat semua itu. Bukannya apa-apa, kalau Ada Christian Sugiono pasti kami juga ikut beringas, hahaha.... 

Namun pertemuan dengan si Titi Kamal dan kehebihan yang melanda para pria  semakin menenangkan hati ini. Somehow, sebuah pemahaman sederhana muncul sebagai jawaban atas kegaualan ini: Kami tidak akan dibiarkan melangkah dengan cara yang biasa. Sejak awal sebuah ini harus diperjuangkan dengan cara-cara yang luar biasa.  Bahkan kemarin kami satu tim hampir saja ketinggalam kereta karena Dodi yang ditugasi membawa semua tiketnya datang di detik-detik terakhir. Maka tak mengherankan kedatangannya dia disambut dengan beragam omelan dan teriakan, ngomel karena bikin jantung hampir copot dan membuat kami harus menggontong-gotong koper penuh muatan dengan tegesa-gesa dan yang diomeli hanya mempersembahkan sebuah ceringan kuda.



Prof Sue dan Denny akhirnya menampakkan batang hidung mereka kembali. Sulit ditebak apa makna ekspresi mereka. Bad or Good news? Akhirnya Denny yang menjawab rasa penasaran kami: "Kita tidak jadi naik Jet Air. Sebagai gantinya kita akan menggunakan Garuda. Ayo cepet, kita harus pindah lokasi check in." Sontak kamis emua bernapas lega. Kita bahkan mendapatkan yang lebih baik! Terus terang awalnya kami ketar-ketir naik Jet Air. Meski berada satu naungan dengan Qantas yang akan membawa kami dari Singapura ke Frankfurt, kami belum pernah mendengar maskapai itu. Garuda is much much much better. Alhamdulillah, naluriku ternyata benar. Kita tidak akan  dibiarkan melangkah dengan cara yang bisa.
Singapore, here we come!!!


 
Changi International Airport, 1 Maret 2010-Malam Hari
Siapapun yang ingin melihat ekspresi katrok nan kampungan yang sesungguhnya maka liatlah wajah-wajah kami yang baru saja sampai di Changi, bandara bergengsinya Singapura. Tanda-tanda kekatrokkan itu sudah tampak saat pesawat akan landing. Tidak seperti landing di Jakarta yang pemandanannya dipenuhi oleh rumah-rumah padat penduduk, kemacetan jalan raya dan bangunan-bangunan pabrik, di Singapura kita disambut dengan tata kota yang teratur dan lapangan-lapangan hijau yang didesain indah. WOW! That's all I can say. 

Kekatrokan berubah menjadi ekspresi-eskpresi norak saat kami memasuki bandara. Hoooh, ini sih bukan Bandara, tapi Mall tempat nongkrong pesawat! Karpet dengan motif-motif unik menghiasi seluruh rantai. Outlet beragam produk, mulai dari tas, minuman berakohol, gadget dan suvernir ebrtaburan di setiap sudutnya. Belum lagi fasilitas-fasilitas keren yang ada di dalamnya. Prayer Room, air minum langsung dari kran, trollli mini yang chick abis (berlebihan banget yaa nyebutnya)....dan...dan....fasilitas internet gratis! I have to tell u this, nggak bule nggak asia, nggak afrika, yang dibuka paling-paling Facebook. Setiap orang mendapatkan kesempatan internet selama 15 menit sebelum web ditutup secara otomatis. Lumayan kan buat upadate status berba-bau Changi dan membuat teman-teman di tanah air jadi ngiri, hohoho...
Sebenarnya  aku pengen juga. Tapi berhubung paham kalau yang namanya buka facebook pun bisa kubuka saat lagi beol  ngunjungi simbahku di sebuah desa nun jauh dari peradaban di Bantul sono akhirnya aku dan Wulan lebih milih jalan-jalan ngelilingin Bandara. 
Semuanya ada. Dua kata itu sangat cocok untuk menjelaskan beragam manusia yang ada di Changi. Bule, wajah sipit, ala india, atau lebih gelap dikit; si mba-mba Africa, dan setotok-totoknya prang indonesia, semuanya bisa dijumpai. Maka tak mengherankan jika melangkah setiap 10 meter kita akan mendengarkan bahasa yang berbeda-beda. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun melototin kalau ada bule lewat, sekarang kami yang dipelototin ma mereka...dan itu membuat kami semakin katrok. Dikira kurcaci Santa Claus kali ya...cebol-cebol pake penutup kepala, wahahaha... Akhirnya untuk menutupi segala kekatrokkan ini, si Wulan menemukan solusi jitu: Speak in english, Speak in English!!! Akhirnya dengan niat sedikit terpaksa muncullah kalimat-kalimat bule yang membuatku terheran-heran sendiri, Hei ai ken spik english guuuuut!
Menjelang tengah malam pesawat siap take off.  Meski tinggal selangkah lagi, serasa tak percaya kami benar-benar berhasil melakukan ini semua. Tapi sekarang kami benar-benar disini. Sungguh-sungguh dengan perlahan meninggalkan tanah air. Seat Belt sudah wajib dikenakan setiap penumpang, sandaran kursi juga sudah ditegakkan. Pesawat mulai berjalan lambat bersiap-siap untuk lepas landas
Bismillah... Deutschland...kami datang.

Tidak ada komentar: